BAB VI
Manusia dan Penderitaan
A. PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Intensitas
penderitaan memiliki beberapa tingkatan, ada yang ringan dan ada yang berat
yang dapat dipengaruh oleh peranan individu. Suatu peristiwa yang dianggap
penderitaan untuk seseorang, belum tentu dianggap penderitaan untuk orang lain.
Penderitaan juga bisa merupakan suatu energi untuk bangkit, atau merupakan langkah
awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami semua orang, hal itu merupakan "resiko"
hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagian kepada umatnya, tetapi juga
mamberikan kesedihan dan penderitaan yang bermakna agar manusia tidak berpaling
dariNya. Bagi manusia yang beriman penderitaan yang dialami akan menyadarkan
dirinya untuk bertobat kepadaNya dan bersifat pasrah akan nasib yang di
tentukan Tuhan untuk dirinya. Kepasrahan karena yakin kuasaan Tuhan jauh lebih
besar dari dirinya. Dalam kepasrahan tersebut akan di dapatkan kedamaian hati
sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaannya dan akhirnya dia akan
bersyukur karena Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang
dialami.
Dalam surat Al-Insyiqoq ayat 6 menyatakan "Manusia adalah makhluk yang
hidupnya penuh perjuangan". Surat tersebut harus diartikan, bahwa manusia
harus bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini
manusia harus menghadapi alam, masyarakat sekitar, dan tidak boleh lupa untuk
taqwa kepada Tuhan. Apa bila manusia melalaikan salah satunya atau tidak
sungguh-sungguh menjalankannya, maka akibatnya manusia akan menderita.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Kasus-kasus
penderitaan tersebut sesuai dengan lika-liku kehidupan manusia. Penderitaan
fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau
menyembuhkan, sedangkan penderitaan psikis penyembuhannya tergantung pada
kemampuan si penderita dalam menyelesaikan penderitaan psikis yang dihadapinya.
B.
SIKSAAN
Siksaan dapat diartikan sebagai
siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani.
Siksaan yang dialami seseorang berakibat timbulnya penderitaan.
Di dalam Al-Qur’an surat Al Ankabut
ayat 40 diterangkan jenis dan ancaman siksaan yang dialami oleh orang-orang
musyrik, syirik, dengki, menfitnah, mencuri, makan harta anak yatim dan
sebagainya di akhirat nanti
“Masing-masung bangsa itu kami siksa
dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantaranya kamu hujani dengan
batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan halilintar
begemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan ke dalam
tanah seperti kaum Qorun, ada pua yang kami tenggelamkan sepertu kaum Nuh.
Dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya mereka, namun mereka
jualah yang menganiaya diri sendiri karena dosa-dosanya”
Siksaan yang sifatnya psikis :
Kebimbangan dialami olah seseorang bila ia pada
suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil.
Kesepian yang dialami oleh seseorang
merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia dalam
lingkungan orang ramai. Seperti halnya kebimbangan, kesepian perlu cepat
diatasi agar seseorang tidak terus
menerus merasakan penderitaan batin. Sebagai homo socius, seseorang perlu
kawan, maka untuk mengalahkan rsasa kesepian orang perlu mencari kawan yang
dapat diajak berkomunikasi. Pada umumnya orang yang dapat dijadikan “kawab
duka” adalah orang yang dapat mengerti dan menghayati kesepian yang dialami
oleh sahabatnya itu. Selain mancari kawan, seseorang juga perlu mengisi
waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik, sehingga rasa
kesepian tidak memperoleh tempat dan waktu dalam dirinya.
Ketakutan bila rasa takut itu
dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Banyak
sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara lain :
1. Cloustrophobia
dan Agoraphobia. Cloustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan
tertutup. Agoraphobia adalah ketakutan yang disebabkan seseorang berada di
tempat terbuka.
2.
Gamang merupakan
ketakutan bila seseorang di tempat yang tinggi.
3. Kegelapan merupakan
ketakutan seseorang bila ia berada di tempat gelap. Sebab dalam pikirannya
dalam kegelapan akan muncul sesuatu yang ditakuti, seperti setan, pencuri, dll.
Orang yang takut pada kegelapan biasanya selalu menyalakan lampu kamarnya walau
saat tidur.
4.
Kesakitan merupakan
ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami. Seseorang yang
disuntik sudah berteriak-teriak sebelum jarum suntik disuntikkan pada dirinya.
Hal itu dikarenakan dalam pikirannya semuanya akan menimbulkan rasa kesakitan.
5. Kegagalan merupakan
ketakutan seseorang yang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan
dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang yang patah hati tidak mudah untuk
bercinta kembali, karena takut dalam percintaan berikutnya akan mengalami kegagalan,
trauma yang pernah dialaminya tekat menjadikan dirinya ketakutan kalau kejadian
tersebuat terulang kembali.
Kebanyakan phobia dimulai dengan
suatu shock emosional atau suatu tekanan pada waktu tertentu, misalnya
pekerjaan baru, kematian dalam keluarga, suatu oprasi atau sakit yang serius.
Beberapa penderita mengatakan bahwa mereka memang merasa gelisah dan tekanan
sejak masih kanak-kanan, tetapi phobia juga dapat berkembang dalam diri
orang-orang yang kelihatannya tenang dan mantap.
Umumnya ada dua aliran tentang
penyebab phobia. Ahli-ahli jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu
gejala dari suatu masalah psikologis yang dalam yang harus ditemukan, dihadapi,
dan ditaklukan. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu
phobia adalah masalahnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya
mendapatkan perawatan dab pengobatan. Kebanyakan ahli-ahli setuju bahwa tekanan
dan ketegangan disebabkan oleh si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus
menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
C.
KEKALUTAN
MENTAL
Penderitaan
batin dalam ilmu psikologis dikenal sebagai kekalutan mental. Kekalutan mental
dapat diartikan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang
menghadapi persoalan yang harus diatasi yang mengakibatkan bertingkah secara
tidak wajar.
Gejala-gejala
pemula bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
1.
Nampak pada
jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
2.
Nampak pada
kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah
marah.
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1. Gangguan
kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun
rokhaninya.
2. Usaha mempertahakan
diri dengan cara negatifm yaitu mundur atau lari, sehingga cara bertahan
dirinya salah. Pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan bila
menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan masalahnya, sehingga tidak
menekan perasaanya. Bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau
memecahkan masalah.
3.
Kekalutan
merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami
gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan
mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut :
1. Kepribadian
yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kuran sempurna. Hal tersebut
menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri secara berangsur-angsur akan
menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
2.
Terjadinya
konflik sosial budaya akibat norma yang berbeda antara yang bersangkutan
dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri
lagi. Misalnya orang pedesaan yang berat menyesuaikan diri dengan kehidupan
kota, orang tua yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda
dari masa jayanya dulu.
3.
Cara
pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan
terhadap kehidupan sosial. Over acting sebagai overcompensatie.
Proses-proses kekalutan mental yang
dialami oleh seseirang mendorong kearah positif dan negative. Bila mendorong kearah
positif trauma yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap
survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajud waktu malah hari untuk
memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapinya, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam
kehidupannya. Bila mendorong kearah negatif trauma yang dialami
diperlarut atau diperturutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi,
yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk
frustasi antara lain :
1. Agresi berupa
kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik
berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan
sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2. Regresi adalah
kembali pada pola reaksi yang primitive atau kekanak-kanakan (infantil),
misalnya dengan menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung, memecahkan
barang-barang.
3. Fiksasi adalah
peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan
membius, memukul-mukul dada sendiri, membentur-benturkan kepala pada benda
keras.
4.
Proyeksi merupakan
usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang
negative pada orang lain, kata pepatah “awak yang tidak pandai menari,
dikatakan lantai yang terjungkit”.
5.
Identifikasi adalah
menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya, misalnya dalam
kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri dengan bintang film, dalam soal
harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
6. Narsisme adalah self
love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior
dari pada orang lain.
7.
Autisme adalah
geja;a menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi
dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke
sifat yang sinting.
Penderita kekalutan banyak terdapat dalam lingkungan
seperti :
1. Kota-kota
besar yang banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang
merasa dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara itu sebagian
orang tidak mau tahu keperluan hidupnya, sehingga orang tidak mau tahu terhadap
penderitaan orang lain akibat egoisme sebagi ciri masyarakat kota.
2. Anak-anak
muda yang tidak
berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan, karena tidak
berimbangnya kemampuan dengan tujuannya, sehingga pada orang-orang usia tuapun
sering mengalami penderitaan dalam kenyataan hidupnya akibat noema lama yang
dipegang teguh sudah tidak sesuai dengan norma baru yang tengah berlaku.
3. Wanita pada
umumnya lebih mudah merasakan suatu yang dibawanya kedalam hati atau
perasaannya, tetapi sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara itu
mereka memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah, sehingga kaum wanitalah yang
banyak menjadi penderita psikosomatisme (penyakit akibat gangguan kejiwaan)
dari pada kaum pria.
4. Orang yang
tidak beragama tidak memiliki keyakinan, bahwa diatas dirinya ada
kekuasaan yang lebih tinggim sehingga sifat pasrah umumnya tidak dikenalnya,
dalam keadaan yang sulit orang yang demikian mudah sekali mengalami
penderitaan.
5. Orang yang
terlalu mengejar materi seperti pedagang dan pengusaha memiliki sifat ngoyo
dalam memperoleh tujuan kegiatannya, yaitu mencari untung sebanyak mungkin,
mereka adalah kaum materialis dan mengabaikan spiritual yang justru membuat
seseorang pasrah pada saat tertentu.
Bagi mereka yang muali merasakan
tidak mampu lebih menderita, biasanya terlontar kata-kata lebih baik mati
daripada hidup, dengan pengertian bahwa dengan kematiannya maka berakhirlah
penderitaan yang dialaminya. Itulah sebabnya mereka yang merasa terlalu
menderita dan putus asa, mengambil jalan “pintas” dengan bunuh diri.
D.
PENDERITAAN
DAN PERJUANGAN
Penderitaan
adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati, karena itu adalah
pilihan manusia itu sendiri untuk berusaha mengurai penderitaan semaksimal
mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia adalah
makhluk berbudaya, dengan budayanya itu ia berusaha mengatsi penderitaan yang
mengancam atau dialaminya. Hal in membuat manusia itu kreatif, baik bagi
penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati penderita.
Penderitaan
dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia
hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan
juga menderita, karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap
hidup sebagai rangkaian penderitaan. Allah telah berfirman dalam surat Arra’du
ayat 11, bahwa Allah tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu
sendiri yang berusaha merubahnya.
Pembebasan
dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah
berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar,
dengan waspada dan disertai do’a kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan
malapetaka. Apabila kita memperhatikan dan membaca riwayat hidup para pemimpin
bangsa, orang-orang besar di dunia, sebagian dari kehidupannya dilalui
penderitaan dan penuh perjuangan.
E.
PENDERITAAN,
MEDIA MASA DAN SENIMAN
Dalam dunia
modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan lebih besar. Hal ini telah
dibuktikan oleh kemajuan teknologi dapat menyejahterakan manusia dan sebagian
lainnya membuat manusia menderita. Peciptaan bom atom, reaktor nuklir, pabrik
senjata, paluru kendali, pabrik bahan kimia merupakan sumber peluang terjadinya
penderitaan manusia. Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah
kecelakaan, bencana alam, bencana perang, dll.
Berita
mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV,
radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasa
penderitaan manusia. Dengan demikian dapat menggugah hati manusia untuk berbuat
sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan sukarelawan
berupa material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan
mereka dari musibah tersebut.
Media masa
merupakan alat paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa
penderitaan manusia secara tepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat
dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesame manusia terutama bagi
yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan
para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat
menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
F.
PENDERITAAN
DAN SEBAB-SEBABNYA
Apabila kita
kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan,
maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut : Penderitaan
yang muncul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan
ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki. Dengan kata
lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.
Karena
perbuatan buruk antara sesame manusia maka manusia lain menjadi menderita,
misalnya pembantu rumah tangga yang diparkosa, disekap, disiksa oleh
majikannya, sudah pantas jika majikannya itu diganjar dengan hukuman penjara
oleh pengadilan negeri supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki dan sekaligus
merasakan penderitaan. Sedangkan pembantunya dipulihkan.
Perbuatan
buruk manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia.
Tetapi manusia tidak mnyadari hal ini. Mungkin kesadaran itu baru timbul
setelah musibah yang membuat manusia menderita, misalnya musibah banjir dan
tanah longsor di lampung selatan bermula dari penghunian liar di hutan
lingdung, kemudian pohon-pohon ditebang manjadi tandus dan gundul oleh manusia-manusia
penghuni liar itu. Akibatnya beberapa jiwa jadi korban banjir, ratusan rumah
hancur, belum terhitung lagi jumlah ternak dan harta benda yang hilang. Segenap
lapisan masyarakat, pemerintah dan ABRI bekerja sama untuk membebaskan para
korban dari penderitaan ini. Penderitaan
yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Kesabaran, tawakal, dan optimism
dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan ini. Banyak contoh
kasus penderitaan semacam ini dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat
diungkapkan berikut ini :
1.
Seorang anak
lelaki buta sejak dilahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia
disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak dapat melihat dengan
mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan
sampai di Universitas dan akhirnya memperoleh gelar Doktor di Universitas
DSarbone Perancis. Dia adalah Prof. Dr. Thaha Husen, Guru besar di Universitas
di Kairo Mesir.
2.
Nabi Ayub
mengalami siksaan Tuhan. Tetapi dengan sabar ia menerima cobaan ini.
Bertahun-tahun ia menderita penyakit kulit, sehingga istrinya bosan
memeliharanya, dan ia dikucilkan. Berkat kesabaran dan pasrah kepada Tuhan,
sembuhlah ia dan tampak lebih muda, sehingga istrinya tidak mengenalinya lagi.
Disini kita dihadapkan kepada masalah sikap hidup kesetiaan, kesabaran,
tawakal, percaya, pasrah, tetapi juga sikap hidup yang lemah, seperti kesetiaan
dan kesabaran sang istri yang luntur, karena penyakit Nabi Ayub yang cukup
lama.
3. Tenggelamnya
Fir’aun di laut Merah seperti disebutkan dalam Al-Qur’an adalah azab yang
dijatuhkan Tuhan kepada orang yang angkuh dan sombong. Fir’aun adalah raja
Mesir yang mengaku dirinya Tuhan. Ketika Fir’aun bersama bala tentaranya
mengejar Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya menyebrang laut Merah, laut itu
terbelah dan Nabi Musa serta para pengikutnya berlalu. Ketika Fir’aun dan
tentaranya berada tepat di tengah belahan laut merah itu, seketika itu juga
laut merah tertutup lagi dan mereka semua tenggelam.
G.
PENGARUH
PENDERITAAN
Orang yang
mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap
dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap
negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, kecewa, putus
asa, ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negative ini dapat timbul sikap
anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sifat
positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan
rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan,
dan penderitaan itu hanya sebagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya
menimbulkan sifat kreatif dan tidak mudah menyerah.
Apabila
sikap negatif dan positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para
pembaca dan penonton, maka mereka akan memberikan penilaiannya. Penilaian itu
dapat berupa kemauan untuk mengadakan peubahan nilai-nilai kehidupan dalam
masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai
ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesai. Keadaan yang berupa
hambatan harus disingkirkan.
Sumber :
BAB
VII
Manusia
dan Keadilan
A. PENGERTIAN KEADILAN
Keadilan adalah kondisi dari suatu
kebijaksanaan yang memberikan kebenaran, ketegasan, dan suatu jalan tengah dari
berbagai persoalanyang tidak memihak kesiapapun secara moral mengenai sesuatu hal.
Keadilan menurut
aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, kelayakan
diartikan sebagai titik tengah diantara kedua
ujung ekstrem yangterlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung
tersebut menyangkut dua orang atau benda, dan kedua orangtersebut
atau kedua benda tersebut harus mepunyai porsi atau ukuran
yangsama itu yang dinamakan adil dan jika tidak seukuran itu namanya ketidak
adilan. Arti mudahnya keadilan adalah tidah berat sebelah atau bisa di sebutdengan
sama
Menurut Plato, keadilan
merupakan proyeksi pada diri manusia sehinggaorang yang dikatakan adil adalah
orang yang mengendalika diri dan perasaanya dikendalikan oleh akal.
Menurut secorates, keadilan merupakan
proyeksi pada pemerintah karena
pemerintah adalah pemimpin pokok yang menentukan dinamika masyarakat.
Keadilan diciptakan bilaman warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah
sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Menurut Kong Hu Cu, keadilan terjadi
apabila aanak sebagai anak, ayah sebagai ayah, raja sebagai raja, masing-masing
telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai
tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut W.J.S. Poerdaminto; keadilan
berarti tidak berat sebelah, sepatutunya, tidak sewenang-wenang. Jadi, dalam
pengertian adil termasuk di dalamnya tidak terdapat kesewenang-wenangan. Orang
yang bertindak sewenang-wenang berarti bertindak tidak adil.
Contoh keadilan :
Seorang koruptor yang memakan uang rakyat.
Koruptor di tangkap dan dimasukan kepenjara selama 2 tahun tanpa ada goresan
luka sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa hakim dan jaksa
di indonesia tidak adil pada rakyat kecil yang dikarenakan mencuri dompet
mendapatkan masa kurungan lebih dari sang koruptor, padahal koruptor lah yang
mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada pencopet itu.
B.
KEADILAN
SOSIAL
Bung hatta dalam uraiannya mengenai sila “keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia” menulis sebagai berikut “keadilan sosial adalah langkah yang
menentukan untuk melaksanakan indonesia yang adil dan makmur.” Selanjutnya
diuraikan bahwa para pemimpin indonesia yang menyusun UUD 45 percaya bahwa
cita-citakeadilan sosial dalam bidang ekonomi adalah dapat mencapai kemakmuran
yang merata.
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan
sikap yang perlu dipupuk, yakni :
1. Perbuatan
luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
serta menghormati hak-hak orang lain.
3. Sikap suka memberi pertolongan
kepada orang yang memerlukan.
4. Sikap suka bekerja keras.
5. Sikap menghargai hasil karya orang
lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan dalam
berbagai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan
yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan,
sandang dan perumahan.
2. Pemerataan
memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan
pembagian pendapatan.
4. Pemerataan
kesempatan kerja.
5. Pemerataan
kesempatan berusaha.
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi
generasi muda dan kaum wanita.
7. Pemerataan
penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan
kesempatan memperoleh keadilan.
C. BERBAGAI
MACAM KEADILAN
1) Keadilan sosial adalah keadilan yang pelaksanaannya
bergantung pada struktur dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan
ideologi.
2) Keadilan individual adalah keadilan yang bergantung
pada kehendak baik atau buruk masing-masing individu.
3) Keadilan legal (keadilan moral), terwujud bila setiap
anggota dalam masyarakat melakukan fungsi dengan baik menurut kemampuan atau
keadilan terwujud bila setiap orang melaksanakan pekerjaannya menurut sifat
dasar yang palik cocok.
4) Keadilan distributif, terwujud apabila hal yang sama
diperlukan secara sama dan hal yang tidak sama.
5) Keadilan komtatif, terwujud apabila tindakannya tidak
bercorak ekstrim sehingga merusak atau menghancurkan pertalian didalam
masyarakat, sehingga masyarakat menjadi tidak tertib. Guna keadilan komutatif
untuk meliharakan ketertiban masyarakat dan kepentingan publik.
D. KEJUJURAN
Kejujuran atau jujur artinya apa
yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakannya
sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah
kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya
dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut
satu kata dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus
sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati janji atau kesanggupan
yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam nuraninya
yang berupa kehendak, harapan dan niat.
Hakikat kejujuran dalam hal ini
adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung kepada Tuhan. Ia akan sampai
kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Tuhan
telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan memuji mereka
atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun kesabaran.
Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Dan pada hakekatnya jujur
atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan
akan adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau
dosa.
E. KECURANGAN
Kecurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan
sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan
sebagai lawan jujur.Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak
sesuai dengan hati nuraninya. Atau orang itu memang dari hatinya sudah berniat
curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha.
Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan
yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat,
paling kaya dan senang bila masyarakat sekelilingnya hidup menderita.
Sebab-Sebab Seseorang Melakukan Kecurangan
Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan, ditinjau dari hubungan
manusia dengan alam sekitarnya ada empat aspek yaitu:
1) Aspek
ekonomi
2) Aspek
kebudayaan
3) Aspek
peradaban
4) Aspek tenik
Apabila ke empat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya
akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum, akan tetapi
apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka
manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah
kecurangan.
F. PERHITUNGAN
(HISAB) DAN PEMBALASAN
Perhitungan (Hisab) menurut agama
ialah perhitungan amal dan perbuatan manusia selama ia hidup, apa yang ia
kerjakan mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Amal perbuatan atas
perbuatannya akan di hisab atau dihitung dan dilakukan pembalasan sesuai dengan
apa yang telah ia kerjakan. Sedangkan perhitungan (Hisab) menurut hukum ialah
perhitungan terhadap apa yang telah dilakukannya. Perhitungannya tidak
berdasarkan kemauan manusia namun perhitungannya sesuai dengan peraturan yang
berlaku di wilayah tersebut. Dan kepadanya dikenai pembalasan berdasarkan apa
yang telah dilakukan.
G. PEMULIHAN
NAMA BAIK
Nama baik merupakan tujuan utama
orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga
dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan
bagi orang/tetangga adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya.
Penjagaan nama baik erat hubungannya
dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak
baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah
laku dan perbuatan itu antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun,
disiplin pribadi, cara menghadapi orang.
Pada hakekatnya pemulihan nama baik
adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya
tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak. Akhlak
berasal dari bahasa Arab akhlaq bentuk jamak dari khuluq dan dari akar kata
ahlaq yang berarti penciptaan. Oleh karena itu tingkah laku dan perbuatan
manusia harus disesuaikan dengan penciptanya sebagai manusia. Untuk itu orang
harus bertingkah laku dan berbuat sesuai dengan ahlak yang baik.
E. PEMBALASAN
Pembalasan ialah suatu reaksi atau perbuatan orang lain. Reaksi itu berupa
perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa,
tingkah laku yang seimbang.Dalam Al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang menyatakan
bahwa Tuhan mengadakan pembalasan bagi yang bertaqwa kepada Tuhan diberikan
pembalasan dan bagi yang mengingkari perintah Tuhanpun diberikan pembalasan,
dan pembalasan yang diberikanpun pembalasan yang seimbang, yaitu siksaan di
neraka.
Penyebab
Pembalasan
Penyebab pembalasan dapat dikarenakan beberapa hal, misalnya pergaulan dan
lingkungan. semua yang kita lakukan pada dasarnya selalu akan ada timbal
baliknya. bahkan sekecil apapu dan sebesar apapun maka balasannya sebesar itu
pula. Lingkungan akan mendukung segala tindakan pembalasan yang baik maupun
yang buruk.
Contoh
Pembalasan
Ketika seseorang melakukan suatu tindakan yang tidak menyenangkan terhadap
orang lain, maka ia pun akan mendapatkan balasannya berupa hal yang sama, baik
secara langsung dari orang yang disakiti atau kelak oleh orang lain. atau
ketika seseorang dengan ikhlas memberi terhadap sesama, maka balasan untuknya
adalah pahala yang berlipat.
Sumber:
https://viffanisa.wordpress.com/2012/12/02/macam-macam-keadilan-beserta-contohnya/
BAB
VIII
Manusia dan Pandangan Hidup
A. PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP DAN IDEOLOGI
Setiap manusia tentu mempunyai
pandangan hidupnya masing-masing yang perlu dipersiapkan sejak dini agar dapat
terlaksana. Adapun pengertian pandangan hidup itu adalah pendapat ataupun
pertimbangan yang dijadikan sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petujuk
hidup di dunia agar dapat menjalani hidup lebih baik lagi dimasa yang akan
datang. Pendapat atau pertimbangan disini merupakan hasil pemikiran manusia itu
sendiri yang berdasarkan pengalaman hidup atau sejarah menurut waktu dan tempat
hidupnya. Pada dasarnya, pandangan hidup mempunyai empat unsur yang saling
terkait satu sama lain yang tidak dapat terpisahkan, yaitu cita-cita,
kebijakan, usaha, dan keyakinan atau kepercayaan. Dari empat unsur tersebut,
lebih jelasnya akan dijelaskan dpada materi setelah ini.
Ideologi adalah gabungan antara
pandangan hidup yang merupakan nilai-nilai yang telah melekat dari suatu bangsa
serta Dasar Negara yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa. Ideologi
mencerminkan cara berfikir masyarakat, suatu bangsa maupun negara, namun juga
membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Nilai-nilai ideologi tersebut
dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. CITA-CITA
Cita-cita adalah keinginan, harapan,
tujuan, kemauan yang selalu ada dalam pikiran seseorang pada masa yang akan
datang. Dengan demikian cita-cita merupakan pandangan hidup tentang masa depan.
Tentunya tujuan yang ingin dicapai adalah kebajikan atau segala sesuatu
yang memiliki tujuan baik. Setiap manusia mempunyai cita-cita yang
berbeda, keinginan, harapan, tujuan, dan kemauan yang makin tinggi
tingkatannya. Untuk mencapai cita-cita tersebut tentunya harus ditempuh dengan
kerja keras, usaha dan perjuangan. Selain itu do’a juga berperan penting dalam
menggapai cita-cita. Dengan do’a seseorang memohon kepada Tuhan demi kelancaran
dan kemudahan dalam menggapai cita-citanya. Karena manusia hanya bisa berusaha
dan berjuang dan Tuhan lah yang menentukan dan merestuinya.
C. KEBAJIKAN
Kebajikan dapat di katakan juga
kebaikan. Perbuatan yang mendatangkan kebaikan, perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma termasuk norma agama dan etika. Manusia dapat menentukan sendiri
mana yang baik dan mana yang buruk. Baik buruknya ditentukan oleh suara hati.
Dengan suara hati seseorang dapat menimbang dan menentukan baik buruknya suatu
perbuatan. Dengan berbuat kebaikan membuat manusia menjadi makmur, bahagia,
damai, dan tentram. Kebajikan manusia yang nyata dan dapat dirasakan dalam
tingkah lakunya. Karena tingkah laku merupakan bersumber pada pandangan, maka
setiap orang memiliki tingkah laku yang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang menetukan tingkah
laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor
pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu
seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang
diturunkan oleh orang tua. Kedua faktor lingkungan (environment), lingkungan membentuk jiwa
seseorang meliputi lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat. Ketiga
faktor pengalaman, memberikan manusia suatu bekal yang dipergunakan sebagai
pertimbangan sebelum mangambil tindakan.
D. USAHA/PERJUANGAN
Usaha/perjuangan adalah kerja keras
untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Setiap manusia harus kerja keras untuk
kelanjutan hidupnya. Usaha/perjuangan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya, dalam mewujudkan cita-cita, berjuang dari penderitaan
hidup, ingin pergi ke suatu tempat dan sebagainya. Dalam Agama pun manusia
diperintahkan untuk bekerja keras. Sebagaimana dalam salah satu Hadist
Rasulullah SAW, yang artinya “Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup
selama-lamanya.”
Kerja keras dapat dilakukan dengan
ilmu maupun dengan tenaga ataupun dengan keduanya. Misalnya para ilmuan,
pengamat, politisi lebih banyak bekerja keras dengan ilmunya. Sebaliknya para
petani, nelayan, buruh lebih banyak bekerja keras dengan tenaganya. Adapun yang
bekerja keras dengan ilmu dan tenaga misalnya tentara dengan strategi
perangnya.
E. KEYAKINAN ATAU KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan adalah suatu
pandangan hidup manusia yang berasal dari akal atau Tuhan, yang kemudian di
anut untuk menjadi pedoman hidup dan suatu identitas bagi setiap manusia. Dalam
agama Islam keyakinan disebut juga keimanan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution ada tiga aliran
filsafat, yaitu aliran Naturalisme, aliran Intelektualisme, dan aliran Gabungan
(Naturalisme dan Intelektualisme). (1).Aliran Naturalisme adalah hidup manusia
itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi.
Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Bagi yang tidak percaya
pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. (2).Aliran Intelektualisme, dasar
aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia
berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik. (3).Aliran Gabungan,
dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. kekuatan gaib yang berasal
dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.
F. LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP
YANG BAIK
Setiap manusia pasti mempunyai
pandangan hidup yang bermacam-macam untuk dapat mencapai dan berhasil dalam
kehidupan yang diinginkannya. Tetapi apapun itu, yang terpenting adalah
memiliki pandangan hidup yang baik agar dapat mencapai tujuan dan cita-cita dengan
baik pula. Berikut adalah langkah-langkah berpandangan hidup yang baik :
Mengenal
Mengenal merupakan langkah awal
berpandangan hidup yang baik, karena dengan mengenal, manusia akan mendapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga tidak mengambil langkah
yang salah diawal.
Mengerti
Mengerti sebagai langkah selanjutnya
dari mengenal. Dengan mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa yang terdapat
dalam pandangan hidup.
Menghayati
Setelah mengerti pandangan hidup
selanjutnya adalah menghayati padangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan
hidup manusia memperoleh gambaran yang tepat dan benar tentang pandangan hidup
itu sendiri.
Meyakini
Meyakini merupakan suatu hal untuk
cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan
hidupnya. Dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas
atas pandangan hidup tersebut.
Mengabdi
Langkah terakhir untuk berpandangan
hidup yang baik adalah mengabdi. Yaitu perwujudan yang berupa perbuatan.
Dengan mengabdi maka manusia akan merasakan manfaatnya. Pengabdian ini
hendaknya dijadikan pakaian, baik dalam waktu tentram maupun bila menghadapi
hambatan dan tantangan.
Sumber :
Buku Seri Diktat
Kuliah, MKDU : Ilmu Budaya Dasar. Karya Widyo Nugroho & Achmad Muchji.
Penerbit Universitas Gunadarma.
http://mfauzanazima.blogspot.co.id/2015/05/ilmu-budaya-dasar-bab-8.html
BAB
IX dan BAB X
Manusia
Dan Tanggung Jawab
Dalam
konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendirian
dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan
seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak
mengganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama.
Tanggung
jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan
terhadap seseorang, kewajiban merupakan tandingan terhadap hak, dan dapat juga
tidak mengacu kepada hak, maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung
jawab terhadap kewajibannya.
Kewajiban
dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Kewajiban
terbatas
b) Kewajiban
tidak terbatas
A.
PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
Tanggung
jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan
fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki
sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin
meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap
insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut
kepedulian dan tanggung jawab.Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab
masing-masing individu berbeda.
v
Tanggung
jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di
sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung
jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Manusia yang
bertanggung jawab adalah manusia yang berani menghadapi masalahnya sendiri.
B.
MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB
Ada beberapa
jenis tanggung jawab, yaitu :
1. Tanggung Jawab
Terhadap Diri Sendiri
Tanggung
jawab terhadap diri sendiri, menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.
Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah mengenai dirinya sendiri.
Menurut sifat dasarnya, manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga
seorang pribadi, karena itu manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan
sendiri, dan angan-angan sendiri.
Contoh :
Apabila kita berjanji kepada diri sendiri untuk merubah tingkah laku kita yang buruk, kita harus menepati janji tersebut, karena dengan menepati janji tersebut berarti kita bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Apabila kita berjanji kepada diri sendiri untuk merubah tingkah laku kita yang buruk, kita harus menepati janji tersebut, karena dengan menepati janji tersebut berarti kita bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
2. Tanggung Jawab
Terhadap Keluarga
Keluarga
merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggungjawab pada
keluarganya. Tanggung jawab ini tidak hanya menyangkut nama baik keluarga,
tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan,
dan kehidupan.
Contoh :
Sebagai kepala keluarga, seorang ayah harus bertanggung jawab kepada keluarganya untuk memberi nafkah. Selain itu seorang ayah juga harus bertanggung jawab untuk membimbing keluarganya.
Sebagai kepala keluarga, seorang ayah harus bertanggung jawab kepada keluarganya untuk memberi nafkah. Selain itu seorang ayah juga harus bertanggung jawab untuk membimbing keluarganya.
3. Tanggung Jawab
Terhadap Masyarakat
Pada
hakekatnya, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan
kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia
harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian,
manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung
jawab, agar dapat melangsungkan hidupnya di dalam masyarakat tersebut.
Contoh :
Seorang ketua RT/RW harus bertanggung jawab kepada warganya. Apabila terjadi perselisihan antar-warga, harus cepat ditangani dan jangan lepas tangan atas kejadian yang terjadi dalam masyarakat.
Seorang ketua RT/RW harus bertanggung jawab kepada warganya. Apabila terjadi perselisihan antar-warga, harus cepat ditangani dan jangan lepas tangan atas kejadian yang terjadi dalam masyarakat.
4. Tanggung Jawab
Kepada Bangsa / Negara
Setiap
manusia atau individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir dan
bertindak, manusia terikat oleh norma-norma dan aturan. Manusia tidak dapat
berbuat semaunya sendiri. Jika perbuatannya salah, dan melanggar aturan dan
norma tersebut, maka manusia itu harus bertanggung jawab kepada bangsa atau
negaranya.
Contoh :
Sebagai masyarakat Indonesia yang bertanggung jawab, kita seharusnya dapat membayar pajak tepat waktu. Karena uang pajak juga untuk perkembangan pembangunan di Indonesia, dan tentunya hasilnya pun untuk masyarakat Indonesia juga yang menikmati.
Sebagai masyarakat Indonesia yang bertanggung jawab, kita seharusnya dapat membayar pajak tepat waktu. Karena uang pajak juga untuk perkembangan pembangunan di Indonesia, dan tentunya hasilnya pun untuk masyarakat Indonesia juga yang menikmati.
5. Tanggung Jawab
terhadap Tuhan
Penciptaan
manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka, tentu saja keberadaannya
disertai dengan berbagai tanggungjawab. Konsekuensi kepasrahan manusia kepada
Allah Swt,dibuktikan dengan menerima seluruh tanggungjawab (akuntabilitas) yang
datang dari-Nya serta melangkah sesuai dengan aturan-Nya.Berbagai tanggungjawab
ini, membentuk suatu relasi tanggungjawab yang terjadi antara Tuhan, manusia
dan alam.Hal tersebut meliputi antara lain: tanggungjawab manusia terhadap
Tuhan, tanggungjawab manusia terhadapsesama, tanggungjawab manusia terhadap
alam semesta serta tanggungjawab manusia tehadap dirinya sendiri. Tanggungjawab
manusia terhadap Tuhan meliputi dua aspek pokok. Pertama, mengenal Tuhan.
Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.
Contoh :
Setiap umat islam harus beranggung jawab dengan agamanya dengan menjalankan perintah-peintah Allah SWT, seperti shalat 5 waktu, mengaji, berpuasa, dan kegiatan agama lainnya.
Setiap umat islam harus beranggung jawab dengan agamanya dengan menjalankan perintah-peintah Allah SWT, seperti shalat 5 waktu, mengaji, berpuasa, dan kegiatan agama lainnya.
C.
PENGABDIAN DAN PENGORBANAN
Wujud
tanggungjawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pegorbanan
adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pengabdian adalah
perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan
kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua itu dilakukan
dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggungjawab. Apabila
orang bekerja keras sehari penuh untuk mencapai kebutuhan, hal itu berarti
mengabdi keapada keluarga. Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi
merupakan mahluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi
kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan
merupakan perwujudan tanggungjawab kepada Tuhan.
Pengorbanan
berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga
pengorbanan berarati pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian
pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung keikhalasan yang tidak
mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang
tulus ikhlas semata-mata. Perbedaan antara pengabdian dan pengorbanan tidak
begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama
kawan sulit dikatakan pengabdian karena kata pengabdian mengandung arti lebih
rendah tingkatannya, tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada
sesama teman..
Pengorbanan
merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran
dan perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara
ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja
diperlukan. Pengabdian lebih banyak menunjuk pada perbuatan sedangkan
pengorbanan lebih banyak menunjuk pada pemberian sesuatu misalnya berupa
pikiran, perasaan, tenaga, biaya. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan,
tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
Tanggung
jawab orang tua
( manusia dan tanggung jawab serta pengabdian)
( manusia dan tanggung jawab serta pengabdian)
Dalam
kehidupan sehari-hari peranan orang tua sangat penting terutama untuk
perkembangan anak, oleh karena itu orang tua memiliki kewajiban yang sangat
penting dalam mendidik anak . kewajiban orang tua dalam kehidupan . harus
menjadi panutan yang baik untuk anaknya karena anak akan melihat dan menyerap
apa yang orang tua lakukan. Pendidikan rohani juga hal yg vital terutama dalam
membimbing sikap anak agar menjadi anak yang shaleh-sholeha .
tanggung jawab orang tua selain hal tersebut juga wajib mensekolahkan anaknya agar anak mendapat pendidikan dan mendapatkan ilmu dan sumber informasi yang luas, selain menambah hal tersebut sekolah juga dapat membangun atau menggali potensi yang dimiliki anak dan kepercayaan diri pada anak. Dan masih banyak lagi taggung jawab orang tua pada anaknya.
tanggung jawab orang tua selain hal tersebut juga wajib mensekolahkan anaknya agar anak mendapat pendidikan dan mendapatkan ilmu dan sumber informasi yang luas, selain menambah hal tersebut sekolah juga dapat membangun atau menggali potensi yang dimiliki anak dan kepercayaan diri pada anak. Dan masih banyak lagi taggung jawab orang tua pada anaknya.
Sumber: