Minggu, 15 November 2015

Makalah Ilmu Budaya Dasar BAB 6-10

BAB VI
Manusia dan Penderitaan

       A.  PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Intensitas penderitaan memiliki beberapa tingkatan, ada yang ringan dan ada yang berat yang dapat dipengaruh oleh peranan individu. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan untuk seseorang, belum tentu dianggap penderitaan untuk orang lain. Penderitaan juga bisa merupakan suatu energi untuk bangkit, atau merupakan langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami semua orang, hal itu merupakan "resiko" hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagian kepada umatnya, tetapi juga mamberikan kesedihan dan penderitaan yang bermakna agar manusia tidak berpaling dariNya. Bagi manusia yang beriman penderitaan yang dialami akan menyadarkan dirinya untuk bertobat kepadaNya dan bersifat pasrah akan nasib yang di tentukan Tuhan untuk dirinya. Kepasrahan karena yakin kuasaan Tuhan jauh lebih besar dari dirinya. Dalam kepasrahan tersebut akan di dapatkan kedamaian hati sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaannya dan akhirnya dia akan bersyukur karena Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialami.
Dalam surat Al-Insyiqoq ayat 6 menyatakan "Manusia adalah makhluk yang hidupnya penuh perjuangan". Surat tersebut harus diartikan, bahwa manusia harus bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam, masyarakat sekitar, dan tidak boleh lupa untuk taqwa kepada Tuhan. Apa bila manusia melalaikan salah satunya atau tidak sungguh-sungguh menjalankannya, maka akibatnya manusia akan menderita.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Kasus-kasus penderitaan tersebut sesuai dengan lika-liku kehidupan manusia. Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkan, sedangkan penderitaan psikis penyembuhannya tergantung pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan penderitaan psikis yang dihadapinya.

     B.     SIKSAAN
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani. Siksaan yang dialami seseorang berakibat timbulnya penderitaan.
Di dalam Al-Qur’an  surat Al Ankabut ayat 40 diterangkan jenis dan ancaman siksaan yang dialami oleh orang-orang musyrik, syirik, dengki, menfitnah, mencuri, makan harta anak yatim dan sebagainya di akhirat nanti
“Masing-masung bangsa itu kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantaranya kamu hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan halilintar begemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan ke dalam tanah seperti kaum Qorun, ada pua yang kami tenggelamkan sepertu kaum Nuh. Dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya mereka, namun mereka jualah yang menganiaya diri sendiri karena dosa-dosanya”
Siksaan yang sifatnya psikis :
Kebimbangan dialami olah seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil.
Kesepian yang dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Seperti halnya kebimbangan, kesepian perlu cepat diatasi agar seseorang tidak   terus menerus merasakan penderitaan batin. Sebagai homo socius, seseorang perlu kawan, maka untuk mengalahkan rsasa kesepian orang perlu mencari kawan yang dapat diajak berkomunikasi. Pada umumnya orang yang dapat dijadikan “kawab duka” adalah orang yang dapat mengerti dan menghayati kesepian yang dialami oleh sahabatnya itu. Selain mancari kawan, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak memperoleh tempat dan waktu dalam dirinya.
Ketakutan bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara lain :
1.   Cloustrophobia dan Agoraphobia. Cloustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup. Agoraphobia adalah ketakutan yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka.
2.      Gamang merupakan ketakutan bila seseorang di tempat yang tinggi.
3.    Kegelapan merupakan ketakutan seseorang bila ia berada di tempat gelap. Sebab dalam pikirannya dalam kegelapan akan muncul sesuatu yang ditakuti, seperti setan, pencuri, dll. Orang yang takut pada kegelapan biasanya selalu menyalakan lampu kamarnya walau saat tidur.
4.      Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami. Seseorang yang disuntik sudah berteriak-teriak sebelum jarum suntik disuntikkan pada dirinya. Hal itu dikarenakan dalam pikirannya semuanya akan menimbulkan rasa kesakitan.
5.     Kegagalan merupakan ketakutan seseorang yang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang yang patah hati tidak mudah untuk bercinta kembali, karena takut dalam percintaan berikutnya akan mengalami kegagalan, trauma yang pernah dialaminya tekat menjadikan dirinya ketakutan kalau kejadian tersebuat terulang kembali.
Kebanyakan phobia dimulai dengan suatu shock emosional atau suatu tekanan pada waktu tertentu, misalnya pekerjaan baru, kematian dalam keluarga, suatu oprasi atau sakit yang serius. Beberapa penderita mengatakan bahwa mereka memang merasa gelisah dan tekanan sejak masih kanak-kanan, tetapi phobia juga dapat berkembang dalam diri orang-orang yang kelihatannya tenang dan mantap.
Umumnya ada dua aliran tentang penyebab phobia. Ahli-ahli jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu masalah psikologis yang dalam yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah masalahnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dab pengobatan. Kebanyakan ahli-ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
  
     C.    KEKALUTAN MENTAL
Penderitaan batin dalam ilmu psikologis dikenal sebagai kekalutan mental. Kekalutan mental dapat diartikan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi yang mengakibatkan bertingkah secara tidak wajar.
Gejala-gejala pemula bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
1.      Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
2.      Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
      
      Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1.  Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rokhaninya.
2.   Usaha mempertahakan diri dengan cara negatifm yaitu mundur atau lari, sehingga cara bertahan dirinya salah. Pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan masalahnya, sehingga tidak menekan perasaanya. Bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan masalah.
3.      Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut :
1.    Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kuran sempurna. Hal tersebut menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri secara berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
2.      Terjadinya konflik sosial budaya akibat norma yang berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi. Misalnya orang pedesaan yang berat menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, orang tua yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa jayanya dulu.
3.      Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial. Over acting sebagai overcompensatie.
Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh seseirang mendorong kearah positif dan negative. Bila mendorong kearah positif trauma yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajud waktu malah hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupannya. Bila mendorong kearah negatif trauma yang dialami diperlarut atau diperturutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustasi antara lain :
1.   Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2.     Regresi adalah kembali pada pola reaksi yang primitive atau kekanak-kanakan (infantil), misalnya dengan menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung, memecahkan barang-barang.
3.   Fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan membius, memukul-mukul dada sendiri, membentur-benturkan kepala pada benda keras.
4.      Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative pada orang lain, kata pepatah “awak yang tidak pandai menari, dikatakan lantai yang terjungkit”.
5.      Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya, misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri dengan bintang film, dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
6.     Narsisme adalah self love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain.
7.      Autisme adalah geja;a menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.

Penderita kekalutan banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1.   Kota-kota besar yang banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara itu sebagian orang tidak mau tahu keperluan hidupnya, sehingga orang tidak mau tahu terhadap penderitaan orang lain akibat egoisme sebagi ciri masyarakat kota.
2.  Anak-anak muda yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan dengan tujuannya, sehingga pada orang-orang usia tuapun sering mengalami penderitaan dalam kenyataan hidupnya akibat noema lama yang dipegang teguh sudah tidak sesuai dengan norma baru yang tengah berlaku.
3.   Wanita pada umumnya lebih mudah merasakan suatu yang dibawanya kedalam hati atau perasaannya, tetapi sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara itu mereka memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah, sehingga kaum wanitalah yang banyak menjadi penderita psikosomatisme (penyakit akibat gangguan kejiwaan) dari pada kaum pria.
4.    Orang yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan, bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggim sehingga sifat pasrah umumnya tidak dikenalnya, dalam keadaan yang sulit orang yang demikian mudah sekali mengalami penderitaan.
5.    Orang yang terlalu mengejar materi seperti pedagang dan pengusaha memiliki sifat ngoyo dalam memperoleh tujuan kegiatannya, yaitu mencari untung sebanyak mungkin, mereka adalah kaum materialis dan mengabaikan spiritual yang justru membuat seseorang pasrah pada saat tertentu.
Bagi mereka yang muali merasakan tidak mampu lebih menderita, biasanya terlontar kata-kata lebih baik mati daripada hidup, dengan pengertian bahwa dengan kematiannya maka berakhirlah penderitaan yang dialaminya. Itulah sebabnya mereka yang merasa terlalu menderita dan putus asa, mengambil jalan “pintas” dengan bunuh diri.

      D.    PENDERITAAN DAN PERJUANGAN
Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati, karena itu adalah pilihan manusia itu sendiri untuk berusaha mengurai penderitaan semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan budayanya itu ia berusaha mengatsi penderitaan yang mengancam atau dialaminya. Hal in membuat manusia itu kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati penderita.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita, karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Allah telah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11, bahwa Allah tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada dan disertai do’a kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Apabila kita memperhatikan dan membaca riwayat hidup para pemimpin bangsa, orang-orang besar di dunia, sebagian dari kehidupannya dilalui penderitaan dan penuh perjuangan.

      E.     PENDERITAAN, MEDIA MASA DAN SENIMAN
Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dapat menyejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia menderita. Peciptaan bom atom, reaktor nuklir, pabrik senjata, paluru kendali, pabrik bahan kimia merupakan sumber peluang terjadinya penderitaan manusia. Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang, dll.
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasa penderitaan manusia. Dengan demikian dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan sukarelawan berupa material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan mereka dari musibah tersebut.
Media masa merupakan alat paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara tepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesame manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
  
      F.     PENDERITAAN DAN SEBAB-SEBABNYA
Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :                                                                      Penderitaan yang muncul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki. Dengan kata lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.
Karena perbuatan buruk antara sesame manusia maka manusia lain menjadi menderita, misalnya pembantu rumah tangga yang diparkosa, disekap, disiksa oleh majikannya, sudah pantas jika majikannya itu diganjar dengan hukuman penjara oleh pengadilan negeri supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki dan sekaligus merasakan penderitaan. Sedangkan pembantunya dipulihkan.
Perbuatan buruk manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia. Tetapi manusia tidak mnyadari hal ini. Mungkin kesadaran itu baru timbul setelah musibah yang membuat manusia menderita, misalnya musibah banjir dan tanah longsor di lampung selatan bermula dari penghunian liar di hutan lingdung, kemudian pohon-pohon ditebang manjadi tandus dan gundul oleh manusia-manusia penghuni liar itu. Akibatnya beberapa jiwa jadi korban banjir, ratusan rumah hancur, belum terhitung lagi jumlah ternak dan harta benda yang hilang. Segenap lapisan masyarakat, pemerintah dan ABRI bekerja sama untuk membebaskan para korban dari penderitaan ini.            Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Kesabaran, tawakal, dan optimism dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan ini. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan berikut ini :
1.      Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak dapat melihat dengan mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di Universitas dan akhirnya memperoleh gelar Doktor di Universitas DSarbone Perancis. Dia adalah Prof. Dr. Thaha Husen, Guru besar di Universitas di Kairo Mesir.
2.      Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan. Tetapi dengan sabar ia menerima cobaan ini. Bertahun-tahun ia menderita penyakit kulit, sehingga istrinya bosan memeliharanya, dan ia dikucilkan. Berkat kesabaran dan pasrah kepada Tuhan, sembuhlah ia dan tampak lebih muda, sehingga istrinya tidak mengenalinya lagi. Disini kita dihadapkan kepada masalah sikap hidup kesetiaan, kesabaran, tawakal, percaya, pasrah, tetapi juga sikap hidup yang lemah, seperti kesetiaan dan kesabaran sang istri yang luntur, karena penyakit Nabi Ayub yang cukup lama.
3.    Tenggelamnya Fir’aun di laut Merah seperti disebutkan dalam Al-Qur’an adalah azab yang dijatuhkan Tuhan kepada orang yang angkuh dan sombong. Fir’aun adalah raja Mesir yang mengaku dirinya Tuhan. Ketika Fir’aun bersama bala tentaranya mengejar Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya menyebrang laut Merah, laut itu terbelah dan Nabi Musa serta para pengikutnya berlalu. Ketika Fir’aun dan tentaranya berada tepat di tengah belahan laut merah itu, seketika itu juga laut merah tertutup lagi dan mereka semua tenggelam.
  
     G.    PENGARUH PENDERITAAN
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negative ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sifat positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu hanya sebagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya menimbulkan sifat kreatif dan tidak mudah menyerah.
Apabila sikap negatif dan positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca dan penonton, maka mereka akan memberikan penilaiannya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan peubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesai. Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.







Sumber :






BAB VII
Manusia dan Keadilan

A.    PENGERTIAN KEADILAN
Keadilan adalah kondisi dari suatu kebijaksanaan yang memberikan kebenaran, ketegasan, dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalanyang tidak memihak kesiapapun secara moral mengenai sesuatu hal.
            Keadilan menurut aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yangterlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung tersebut menyangkut dua orang atau benda, dan kedua orangtersebut atau kedua benda tersebut harus mepunyai porsi atau ukuran yangsama itu yang dinamakan adil dan jika tidak seukuran itu namanya ketidak adilan. Arti mudahnya keadilan adalah tidah berat sebelah atau bisa di sebutdengan sama
            Menurut Plato, keadilan merupakan proyeksi pada diri manusia sehinggaorang yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalika diri dan perasaanya dikendalikan oleh akal.
Menurut secorates, keadilan merupakan proyeksi pada pemerintah karena  pemerintah adalah pemimpin pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Keadilan diciptakan bilaman warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Menurut Kong Hu Cu, keadilan terjadi apabila aanak sebagai anak, ayah sebagai ayah, raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut W.J.S. Poerdaminto; keadilan berarti tidak berat sebelah, sepatutunya, tidak sewenang-wenang. Jadi, dalam pengertian adil termasuk di dalamnya tidak terdapat kesewenang-wenangan. Orang yang bertindak sewenang-wenang berarti bertindak tidak adil.
Contoh keadilan :
Seorang koruptor yang memakan uang rakyat. Koruptor di tangkap dan dimasukan kepenjara selama 2 tahun tanpa ada goresan luka sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa hakim dan jaksa di indonesia tidak adil pada rakyat kecil yang dikarenakan mencuri dompet mendapatkan masa kurungan lebih dari sang koruptor, padahal koruptor lah yang mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada pencopet itu.

      B.     KEADILAN SOSIAL
Bung hatta dalam uraiannya mengenai sila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia” menulis sebagai berikut “keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan indonesia yang adil dan makmur.” Selanjutnya diuraikan bahwa para pemimpin indonesia yang menyusun UUD 45 percaya bahwa cita-citakeadilan sosial dalam bidang ekonomi adalah dapat mencapai kemakmuran yang merata.
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :
1. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan  kegotongroyongan.
2. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
3. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan.
4. Sikap suka bekerja keras.
   5. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan   kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan dalam berbagai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan.
2. Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

     C. BERBAGAI MACAM KEADILAN
1)     Keadilan sosial adalah keadilan yang pelaksanaannya bergantung pada struktur dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan ideologi.
2)     Keadilan individual adalah keadilan yang bergantung pada kehendak baik atau buruk masing-masing individu.
3)     Keadilan legal (keadilan moral), terwujud bila setiap anggota dalam masyarakat melakukan fungsi dengan baik menurut kemampuan atau keadilan terwujud bila setiap orang melaksanakan pekerjaannya menurut sifat dasar yang palik cocok.
4)     Keadilan distributif, terwujud apabila hal yang sama diperlukan secara sama dan hal yang tidak sama.
5)     Keadilan komtatif, terwujud apabila tindakannya tidak bercorak ekstrim sehingga merusak atau menghancurkan pertalian didalam masyarakat, sehingga masyarakat menjadi tidak tertib. Guna keadilan komutatif untuk meliharakan ketertiban masyarakat dan kepentingan publik.

     D. KEJUJURAN
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.
Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung kepada Tuhan. Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Tuhan telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun kesabaran. Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Dan pada hakekatnya jujur atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa.

     E. KECURANGAN
Kecurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur.Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat sekelilingnya hidup menderita.

Sebab-Sebab Seseorang Melakukan Kecurangan
Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan, ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya ada empat aspek yaitu:
1)     Aspek ekonomi
2)     Aspek kebudayaan
3)     Aspek peradaban
4)     Aspek tenik
Apabila ke empat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum, akan tetapi apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan.


    F. PERHITUNGAN (HISAB) DAN PEMBALASAN
       Perhitungan (Hisab) menurut agama ialah perhitungan amal dan perbuatan manusia selama ia hidup, apa yang ia kerjakan mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Amal perbuatan atas perbuatannya akan di hisab atau dihitung dan dilakukan pembalasan sesuai dengan apa yang telah ia kerjakan. Sedangkan perhitungan (Hisab) menurut hukum ialah perhitungan terhadap apa yang telah dilakukannya. Perhitungannya tidak berdasarkan kemauan manusia namun perhitungannya sesuai dengan peraturan yang berlaku di wilayah tersebut. Dan kepadanya dikenai pembalasan berdasarkan apa yang telah dilakukan.

    G. PEMULIHAN NAMA BAIK
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya.
Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang.
Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak. Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq bentuk jamak dari khuluq dan dari akar kata ahlaq yang berarti penciptaan. Oleh karena itu tingkah laku dan perbuatan manusia harus disesuaikan dengan penciptanya sebagai manusia. Untuk itu orang harus bertingkah laku dan berbuat sesuai dengan ahlak yang baik.

     E. PEMBALASAN
Pembalasan ialah suatu reaksi atau perbuatan orang lain. Reaksi itu berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.Dalam Al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan bagi yang bertaqwa kepada Tuhan diberikan pembalasan dan bagi yang mengingkari perintah Tuhanpun diberikan pembalasan, dan pembalasan yang diberikanpun pembalasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka.
Penyebab Pembalasan
Penyebab pembalasan dapat dikarenakan beberapa hal, misalnya pergaulan dan lingkungan. semua yang kita lakukan pada dasarnya selalu akan ada timbal baliknya. bahkan sekecil apapu dan sebesar apapun maka balasannya sebesar itu pula. Lingkungan akan mendukung segala tindakan pembalasan yang baik maupun yang buruk.
Contoh Pembalasan
Ketika seseorang melakukan suatu tindakan yang tidak menyenangkan terhadap orang lain, maka ia pun akan mendapatkan balasannya berupa hal yang sama, baik secara langsung dari orang yang disakiti atau kelak oleh orang lain. atau ketika seseorang dengan ikhlas memberi terhadap sesama, maka balasan untuknya adalah pahala yang berlipat.






Sumber:
https://viffanisa.wordpress.com/2012/12/02/macam-macam-keadilan-beserta-contohnya/




BAB VIII
Manusia dan Pandangan Hidup


      A.    PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP DAN IDEOLOGI
Setiap manusia tentu mempunyai pandangan hidupnya masing-masing yang perlu dipersiapkan sejak dini agar dapat terlaksana. Adapun pengertian pandangan hidup itu adalah pendapat  ataupun pertimbangan yang dijadikan sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petujuk hidup di dunia agar dapat menjalani hidup lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Pendapat atau pertimbangan disini merupakan hasil pemikiran manusia itu sendiri yang berdasarkan pengalaman hidup atau sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya. Pada dasarnya, pandangan hidup mempunyai empat unsur yang saling terkait satu sama lain yang tidak dapat terpisahkan, yaitu cita-cita, kebijakan, usaha, dan keyakinan atau kepercayaan. Dari empat unsur tersebut, lebih jelasnya akan dijelaskan dpada materi setelah ini.

Ideologi adalah gabungan antara pandangan hidup yang merupakan nilai-nilai yang telah melekat dari suatu bangsa serta Dasar Negara yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat, suatu bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Nilai-nilai ideologi tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

     B.     CITA-CITA
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan, kemauan yang selalu ada dalam pikiran seseorang pada masa yang akan datang. Dengan demikian cita-cita merupakan pandangan hidup tentang masa depan. Tentunya tujuan yang ingin dicapai adalah kebajikan atau segala sesuatu yang  memiliki tujuan baik. Setiap manusia mempunyai cita-cita yang berbeda, keinginan, harapan, tujuan, dan kemauan yang makin tinggi tingkatannya. Untuk mencapai cita-cita tersebut tentunya harus ditempuh dengan kerja keras, usaha dan perjuangan. Selain itu do’a juga berperan penting dalam menggapai cita-cita. Dengan do’a seseorang memohon kepada Tuhan demi kelancaran dan kemudahan dalam menggapai cita-citanya. Karena manusia hanya bisa berusaha dan berjuang dan Tuhan lah yang menentukan dan merestuinya.

     C.    KEBAJIKAN
Kebajikan dapat di katakan juga kebaikan. Perbuatan yang mendatangkan kebaikan, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma termasuk norma agama dan etika. Manusia dapat menentukan sendiri mana yang baik dan mana yang buruk. Baik buruknya ditentukan oleh suara hati. Dengan suara hati seseorang dapat menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan. Dengan berbuat kebaikan membuat manusia menjadi makmur, bahagia, damai, dan tentram. Kebajikan manusia yang nyata dan dapat dirasakan dalam tingkah lakunya. Karena tingkah laku merupakan bersumber pada pandangan, maka setiap orang memiliki tingkah laku yang berbeda-beda.

Faktor-faktor yang menetukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan    (heriditas)  yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan  hal yang diturunkan  oleh orang  tua. Kedua faktor lingkungan (environment), lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat. Ketiga faktor pengalaman, memberikan manusia suatu bekal yang dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum mangambil tindakan.

      D.    USAHA/PERJUANGAN
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Setiap manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. Usaha/perjuangan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya, dalam mewujudkan cita-cita, berjuang dari penderitaan hidup, ingin pergi ke suatu tempat dan sebagainya. Dalam Agama pun manusia diperintahkan untuk bekerja keras. Sebagaimana dalam salah satu Hadist Rasulullah SAW, yang artinya “Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya.”

Kerja keras dapat dilakukan dengan ilmu maupun dengan tenaga ataupun dengan keduanya. Misalnya para ilmuan, pengamat, politisi lebih banyak bekerja keras dengan ilmunya. Sebaliknya para petani, nelayan, buruh lebih banyak bekerja keras dengan tenaganya. Adapun yang bekerja keras dengan ilmu dan tenaga misalnya tentara dengan strategi perangnya.

      E.     KEYAKINAN ATAU KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan adalah suatu pandangan hidup manusia yang berasal dari akal atau Tuhan, yang kemudian di anut untuk menjadi pedoman hidup dan suatu identitas bagi setiap manusia. Dalam agama Islam keyakinan disebut juga keimanan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran Naturalisme, aliran Intelektualisme, dan aliran Gabungan (Naturalisme dan Intelektualisme). (1).Aliran Naturalisme adalah hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. (2).Aliran Intelektualisme, dasar aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik. (3).Aliran Gabungan, dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. kekuatan gaib yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.


      F.     LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup yang bermacam-macam untuk dapat mencapai dan berhasil dalam kehidupan yang diinginkannya. Tetapi apapun itu, yang terpenting adalah memiliki pandangan hidup yang baik agar dapat mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik pula. Berikut adalah langkah-langkah berpandangan hidup yang baik :
Mengenal
Mengenal merupakan langkah awal berpandangan hidup yang baik, karena dengan mengenal, manusia akan mendapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga tidak mengambil langkah yang salah diawal.
Mengerti
Mengerti sebagai langkah selanjutnya dari mengenal. Dengan mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa yang terdapat dalam pandangan hidup.
Menghayati
Setelah mengerti pandangan hidup selanjutnya adalah menghayati padangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup manusia memperoleh gambaran yang tepat dan benar tentang pandangan hidup itu sendiri.
Meyakini
Meyakini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai  suatu tujuan hidupnya. Dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas atas pandangan hidup tersebut.
Mengabdi
Langkah terakhir untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengabdi. Yaitu perwujudan  yang berupa perbuatan. Dengan mengabdi maka manusia akan merasakan manfaatnya. Pengabdian ini hendaknya dijadikan pakaian, baik dalam waktu tentram maupun bila menghadapi hambatan dan tantangan.

  





Sumber :
Buku Seri Diktat Kuliah, MKDU : Ilmu Budaya Dasar. Karya Widyo Nugroho & Achmad Muchji. Penerbit Universitas Gunadarma.
http://mfauzanazima.blogspot.co.id/2015/05/ilmu-budaya-dasar-bab-8.html




BAB IX dan BAB X
Manusia Dan Tanggung Jawab


Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang, kewajiban merupakan tandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak, maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Kewajiban dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Kewajiban terbatas
b) Kewajiban tidak terbatas

      A.    PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab.Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
v
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang berani menghadapi masalahnya sendiri.

     B.  MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB
Ada beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :

1.       Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri, menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya, manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi, karena itu manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, dan angan-angan sendiri.
Contoh :
Apabila kita berjanji kepada diri sendiri untuk merubah tingkah laku kita yang buruk, kita harus menepati janji tersebut, karena dengan menepati janji tersebut berarti kita bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
2.       Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggungjawab pada keluarganya. Tanggung jawab ini tidak hanya menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
Contoh :
Sebagai kepala keluarga, seorang ayah harus bertanggung jawab kepada keluarganya untuk memberi nafkah. Selain itu seorang ayah juga harus bertanggung jawab untuk membimbing keluarganya.
3.       Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian, manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab, agar dapat melangsungkan hidupnya di dalam masyarakat tersebut.
Contoh :
Seorang ketua RT/RW harus bertanggung jawab kepada warganya. Apabila terjadi perselisihan antar-warga, harus cepat ditangani dan jangan lepas tangan atas kejadian yang terjadi dalam masyarakat.
4.       Tanggung Jawab Kepada Bangsa / Negara
Setiap manusia atau individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir dan bertindak, manusia terikat oleh norma-norma dan aturan. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Jika perbuatannya salah, dan melanggar aturan dan norma tersebut, maka manusia itu harus bertanggung jawab kepada bangsa atau negaranya.
Contoh :
Sebagai masyarakat Indonesia yang bertanggung jawab, kita seharusnya dapat membayar pajak tepat waktu. Karena uang pajak juga untuk perkembangan pembangunan di Indonesia, dan tentunya hasilnya pun untuk masyarakat Indonesia juga yang menikmati.
5.       Tanggung Jawab terhadap Tuhan
Penciptaan manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka, tentu saja keberadaannya disertai dengan berbagai tanggungjawab. Konsekuensi kepasrahan manusia kepada Allah Swt,dibuktikan dengan menerima seluruh tanggungjawab (akuntabilitas) yang datang dari-Nya serta melangkah sesuai dengan aturan-Nya.Berbagai tanggungjawab ini, membentuk suatu relasi tanggungjawab yang terjadi antara Tuhan, manusia dan alam.Hal tersebut meliputi antara lain: tanggungjawab manusia terhadap Tuhan, tanggungjawab manusia terhadapsesama, tanggungjawab manusia terhadap alam semesta serta tanggungjawab manusia tehadap dirinya sendiri. Tanggungjawab manusia terhadap Tuhan meliputi dua aspek pokok. Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.
Contoh :
Setiap umat islam harus beranggung jawab dengan agamanya dengan menjalankan perintah-peintah Allah SWT, seperti shalat 5 waktu, mengaji, berpuasa, dan kegiatan agama lainnya.


    C.  PENGABDIAN DAN PENGORBANAN
Wujud tanggungjawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pegorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggungjawab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencapai kebutuhan, hal itu berarti mengabdi keapada keluarga.  Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan mahluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan merupakan perwujudan tanggungjawab kepada Tuhan.

Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarati pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung keikhalasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata. Perbedaan antara pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama kawan sulit dikatakan pengabdian karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya, tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman..
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran dan perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan. Pengabdian lebih banyak menunjuk pada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk pada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
Tanggung jawab orang tua
( manusia dan tanggung jawab serta pengabdian)
Dalam kehidupan sehari-hari peranan orang tua sangat penting terutama untuk perkembangan anak, oleh karena itu orang tua memiliki kewajiban yang sangat penting dalam mendidik anak . kewajiban orang tua dalam kehidupan . harus menjadi panutan yang baik untuk anaknya karena anak akan melihat dan menyerap apa yang orang tua lakukan. Pendidikan rohani juga hal yg vital terutama dalam membimbing sikap anak agar menjadi anak yang shaleh-sholeha .
tanggung jawab orang tua selain hal tersebut juga wajib mensekolahkan anaknya agar anak mendapat pendidikan dan mendapatkan ilmu dan sumber informasi yang luas, selain menambah hal tersebut sekolah juga dapat membangun atau menggali potensi yang dimiliki anak dan kepercayaan diri pada anak. Dan masih banyak lagi taggung jawab orang tua pada anaknya.







Sumber: